Pengertian Laba
Laba
atau keuntungan dapat didefinisikan dengan dua cara. yang pertama Laba dalam ilmu ekonomi murni
didefinisikan sebagai peningkatan kekayaan seorang investor sebagai hasil
penanam modalnya, setelah dikurangi biaya-biaya yang berhubungan dengan
penanaman modal tersebut (termasuk di dalamnya, biaya kesempatan).
Sementara itu, laba dalam akuntansi
didefinisikan sebagai selisih antara harga penjualan dengan biaya produksi. Perbedaan
di antara keduanya adalah dalam hal pendefinisian biaya
Kegiatan perusahaan
sudah dapat dipastikan berorientasi pada keuntungan atau laba, menurut Soemarso
(2004:245) Laba adalah selisih lebih pendapatan atas beban sehubungan dengan
usaha untuk memperoleh pendapatan tersebut selama periode tertentu. Dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan laba sejauh mana suatu perusahaan
memperoleh pendapatan dari kegiatan penjualan sebagai selisih dari keseluruhan
usaha yang didalam usaha itu terdapat biaya yang dikeluarkan untuk proses
penjualan selama periode tertentu.
Umumnya peusahaan
didirikan untuk mencapai tujuan tertentu yaitu memperoleh laba yang optimal
dengan pengorbanan yang minimal untuk mencapai hal tertentu perlu adanya
perencanaan dan pengendalian dalam setiap aktivitas usahanya agar perusahaan
dapat membiayai seluruh kegiatan yang berlangsung secara terus menerus.
Pengertian laba menurut
Zaky Baridwan (2004 : 29)
Kenaikan modal (aktiva
bersih) yang berasal dari transaksi sampingan atau transaksi yang jarang
terjadi dari badan usaha dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang
mempengaruhi badan usaha selama satu periode kecuali yang termasuk dari
pendapatan (revenue) atau investasi
oleh pemilik.
Sedangkan menurut Henry
Simamora (2002 : 45)
Laba adalah perbandingan
antara pendapatan dengan beban jikalau pendapatan melebihi beban maka hasilnya
adalah laba bersih.
Berdasarkan uraian
diatas dapat disimpulkan bahwa laba berasal dari semua transaksi atau kejadian
yang terjadi pada badan usaha dan akan mempengaruhi kegiatan perusahaan pada
periode tertentu dan laba di dapat dari selisih antara pendapatan dengan beban,
apabila pendapatan lebih besar dari pada beban maka perusahaan akan mendapatkan
laba apabila terjadi sebaliknya maka perusahaan mendapatkan rugi.
Laba Kotor
Pengertian
Laba Kotor
Laba kotor merupakan
hasil dari penjualan bersih dikurangi dengan harga pokok penjualan, hal ini
sejalan dengan kutipan dari Soemarso (200.234) “Laba kotor (gross profit) adalah penjualan bersih dikurangi harga pokok
penjualan”
Jenis – Jenis Laba
Menurut Theodorus M.
Tuanakotta (2001 : 219) mengemukakan jenis-jenis laba dalam hubungannya dengan
perhitungan laba, yaitu :
- Laba
kotor
- Laba
dari operasi
- Laba
bersih
Adapun penjelasan jenis
– jenis laba diatas sebagai berikut :
1. Laba kotor
Laba kotor yaitu
perbedaan antara pendapatan bersih dan penjualan dengan harga pokok penjualan.
2. Laba dari operasi
Laba dari operasi yaitu
selisih antara laba kotor dengan total beban biaya.
3. Laba Bersih
Laba bersih yaitu angka
terakhir dalam perhitungan laba rugi dimana untuk mencarinya laba operasi
bertambah pendapatan lain-lain dikurangi oleh beban lain-lain.
Setiap perusahaan
ataupun jenis usaha lainnya mempunyai tujuan yang sama, yaitu memperoleh laba
yang besar untuk dapat memperoleh keuntungan.
Laba yang diperoleh oleh
perusahaan dapat dibagi menjadi dua (2) bagian yaitu laba kotor dan laba
bersih. Dimana laba kotor dapat diartikan sebagai berikut :
Pengertian yang
diungkapkan oleh tokoh ahli mengenai laba kotor adalah sebagai berikut :
“ Laba kotor adalah
penghasilan yang diperoleh dari penjualan total kepada para pembeli selama
periode yang bersangkutan”.
( Al. Haryono Jusup,
1997 : 343 ).
Sedangkan pengertian
dari laba bersih adalah :
“ Laba bersih adalah
laba yang diperoleh dari seluruh penghasilan dikurangi dengan seluruh biaya”.
( Basu Swastha, 1993 :
325).
Dalam menyajikan laporan
rug laba akan terlihat pengklasifikasian dalam pengukuran laba adalah sebagai
berikut :
1. Laba kotor atas penjualan merupakan
selisih dari penjualan bersih dan harga pokok penjualan, laba ini dinamakan
laba kotor. Hasil laba bersih belum dikurangi dengan beban operasi lainnya
untuk periode tertentu.
2. Laba bersih operasi perusahaan yaitu
laba kotor dikurangi dengan sejumlah biaya penjualan, biaya administrasi dan
umum.
3. Laba bersih sebelum potongan pajak
merupakan pendapatan perusahaan secara keseluruhan sebelum pajak perseroan
yaitu perolehan dari laba operasi dikurangi atau ditambah.
4. Laba bersih setelah potongan pajak
yaitu laba bersih setelah ditambah atau dikurangi dengan pendapatan dan biaya
non operasi dan dikurangi laba perseroan.
Kegiatan
Laba
Urutan yang sering
dipakai untuk menilai berhasil atau tidaknya manajemen suatu perusahaan untuk
laba yang diperoleh nantinya, laba ini akan dipergunakan oleh perusahaan. Di
dalam standar akuntansi keuangan PSAK no. 25 (menurut IAI) disebutkan sebagai
berikut :
Laporan laba rugi
merupakan laporan utama untuk melaporakan kinerja suatu perusahaan, terutama
tentang profitabilitas dibuthkan untuk mengambil keputusan tentang sumber
ekonomi yang dikelola oleh sebuah perusahaan dimasa yang akan datang. Informasi
tersebut juga sering digunakan untuk memperkirakan kemampuan suatu perusahaan untuk
menghasilkan kas dan aktiva yang akan disamakan dengan kas dimasa yang akan
datang. Informasi tentang kemungkinan perubahan kinerja juga penting dalam hal
ini.
Dari uraian diatas dapat
diketahui bahwa laporan laba rugi merupakan suatu laporan sistematis mengenai
penghasilan biaya laba rugi yang diperoleh suatu perusahaan dalam satu periode.
Informasi yang disajikan dalam laporan laba rugi meliputi :
- Bagian
pertama.
Menunjukan penghasilan yang
diperoleh dari usaha pokok perusahaan (penjualan barang dagangan / memberikan
service) diikuti dengan harga pokok dari barang atau service yang dijual,
sehingga diperoleh laba kotor.
- Bagian
kedua.
Menunjukan biaya-biaya operasi yang
terdiri dari biaya penjualan dan biaya umum atau administrasi (operating expense).
- Bagian
ketiga.
Menunjukan harga hasil yang
diperoleh diluar operasi pokok perusahaan yang diikuti dengan biaya diluar
usaha pokok perusahaan.
- Bagian
keempat.
Menunjukan laba rugi yang insidentil
(extra ordinary gain or loss)
sehingga akhirnya diperoleh laba bersih sebelum pajak pendapatan.
Tujuan
Laba
Menurut Anis dan Imam
(2003 : 216) mengutarakan bahwa tujuan pelaporan laba adalah sebagai berikut :
a.
Sebagai
indikator efesiensi penggunaan dana yang tertahan dalam perusahaan yang
diwujudkan dalam tingkat kembaliannya.
b.
Sebagai
dasar pengukuran prestasi manajemen.
c.
Sebagai dasar penentuan besarnya perencanaan
pajak.
d.
Sebagai
alat pengendalian sumber daya ekonomi suatu negara.
e.
Sebagai
kompensasi dan pembagian bonus.
f.
Sebagai
alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan.
g.
Sebagai
dasar bentuk kenaikan kemakmuran.
h.
Sebagai
dasar pembagian deviden.
Dari kutipan diatas
dapat disimpulkan bahwa tujuan dilaporkannya laba atau lebih dikenal dengan
laba atau rugi adalah sebagai indikator efesiensi penggunaan dana yang
digunakan sebagai dasar untuk pengukuran, penentuan, pengendalian, motivasi
prestasi manajemen dan sebagai dasar kenaikan kemakmuran serta dasar pembagian
deviden untuk para investor yang menanamkan modalnya pada perusahaan.
Pencapaian
Laba Kotor
Laba merupakan selisih
antara pendapatan dengan beban, sehingga laba dapat mengukur masukan (dalam
bentuk beban yang diukur dengan biaya) dan keluaran (dalam bentuk pendapatan
yang diperoleh). Hal ini seperti pernyataan bahwa “Laba yang dicapai merupakan
pengukur penting efisien dan efektivitas organisasi” (R.A Supriyono, 2000:330).
Pencapaian laba kotor
yang maksimal dapat tercapaibila penjualan bersih tinggi dari pada harga pokok
penjualan.
Pencapaian laba kotor adalah
tercapainya target laba kotor yang maksimal dengan menunjukkan adanya penjualan
yang lebih tinggi daripada harga pokok penjualan (Iyan Rohaeni 2004:15).
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa biaya atau masukan atau
input akan menunjukkan ukuran pencapaian laba kotor apabila setelah jumlah
penjualan diketahui sebagai salah satu faktor yang menentukan nilai laba kotor
suatu perusahaan.
Pengukuran
Ramalan laba
Ukuran laba secara efektif menghubungkan laba
masa lalu, laba saat ini dan laba masa
depan dengan total investasi modal (John J. Wild 2005:36).
Digunakannya ramalan ini
pada analisis dan laba menambah tingkat pemahaman dan realisme. Harapan atau
taksiran yang diharapkan dari ramalan laba ini ditentukan oleh
1. Sejarah pertumbuhan tingkat
pengembalian
2. Perubahan perusahaan
3. Kondisi usaha yang diperkirakan
4. Taksiran pengembalian proyek baru
Berdasarkan
penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa laba dapat diramalkan dari
jumlah masa lalu, laba saat ini dan laba dimasa yang akan datang sebagai bahan
dalam melakukan analisa, selain pengembalian atas investasi modal termasuk juga
kedalam unsur atau sarana utama dan pelengkap dalam peramalan laba.
Analisis
Laba Dua Tahap
Menurut (John J. Wild 2005:110) dalam bukunya
Analisis Laporan Keuangan menjelaskan bahwa analisis laba berikut
komponen-komponennya dilakukan melalui dua tahap sebagai berikut :
- Analisis
Akuntansi dan Pengukurannya
Analisis ini memerlukan pemahaman
atas akuntansi pendapatan dan beban. Analisis ini juga memerlukan pemahaman
akuntansi aktiva dan kewajiban karena banyak aktiva yang merupakan beban yang
ditangguhkan dan kewajiban yang merupakan penghasilan yang ditangguhkan.
Implikasi tiap jenis akuntasi dibandingkan jenis lainnya harus dipahami, serta
nilai dampaknya pada pengukuran laba dan analisa komperatif.
- Menerapkan
Alat Analisis Pada Laba dan Komponen-komponennya serta Mengiterprestasikan
Hasil Analisis Tersebut
Penerapan alat analisis ini
bertujuan untuk mencapai tujuan terkait dengan pengguna laba. Tujuan ini
meliputi peramalan laba, penilaian daya tahan dan pengguna laba, serta estimasi
kekuatan laba.
Mengukur
Laba (Margin) Kotor
(John J.Wild 2005:222) Laba kotor (gross profit) atau margin kotor (gross margin) adalah pendapatan yang dikurangi dengan harga pokok
penjualan, misalnya :
Penjualan xxxxxxxx
Harga
Pokok Penjualan __xxxxxx -
Laba
Kotor xxxxxxxx
Laporan
Keuangan
Laporan keuangan adalah
suatu gambaran mengenai posisi keuangan yang telah dicapai oleh suatu
perusahaan pada tertentu dengan melihat catatan dan laporan yang menyangkut
tentang keadaan keuangan pada perusahaan yang bersangkutan dan dapat digunakan
sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu
perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas
perusahaan tersebut.
Pengertian
Laporan Keuangan
Laporan keuangan
merupakan hasil dari proses akuntansi keuangan yang pada dasarnya berisi
laporan mengenai posisi keuangan dan hasil-hasil yang diperoleh perusahaan
secara keseluruhan.
Untuk memperoleh
gambaran yang lebih jelas mengenai laporan keuangan, penulis mengutip beberapa
definisi yang dapat ditemukan pada banyak kepustakaan antara lain seperti
pengertia Laporan Keuangan menurut Siegel
yang dialih bahasakan oleh Kurdi
(1999:185), menjelaskan bahwa :
“Laporan keuangan yang
diperlukan adalah neraca, laporan laba rugi, dan laporan perubahan posisi
keuangan. Ketiganya dapat digabungkan dengan laporan pelengkap untuk melukiskan
status keuangan atau kinerja organisasi”.
Menurut Agnes Sawir (2001:5), tentang laporan keuangan
“Laporan
keuangan adalah media yang dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan perusahaan
yang terdiri dari neraca, perhitungan laba rugi, ikhtisar laba ditahan, dan
laporan posisi keuangan”.
Sedangkan dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan keuangan yang disusun oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI),
(2002:7) disebutkan bahwa :
“Laporan
keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan, laporan keuangan yang
lengkap biasanya meliputi : neraca, laporan laba rugi, laporan posisi keuangan
(yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya : penjelasan yang merupakan
bagian integral dari laporan keuangan). Di samping itu juga termasuk skedul dan
informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya ; informasi
keuangan sektor industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan
harga”.
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan
bahwa laporan keuangan pada umumnya terdiri dari neraca, perhitungan laba rugi
dan laporan perubahan modal yang sifatnya mempunyai kejelasan lebih lanjut,
misalnya laporan perubahan modal kerja, laporan arus kas, perhitungan harga
pokok maupun daftar-daftar lampiran yang lain.
Komponen-komponen Laporan Keuangan
Laporan keuangan menurut IAI (2002:2) terdiri dari komponen-komponen berikut ini:
1) Neraca
2) Laporan laba rugi
3) Laporan perubahan ekuitas
4) Laporan arus kas
5) Catatan atas laporan keuangan
Komponen-komponen dari laporan keuangan diatas dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1.
Neraca
Neraca perusahaan disajikan sedemikian
rupa yang menunjukan unsur posisi keuangan yang diperlukan bagi penyajian
secara wajar. Neraca minimal mencakup pos-pos berikut :
a. Aktiva berwujud
b. Aktiva tidak berwujud
c. Aktiva keuangan
d. Investasi yang diperlukan
menggunakan metode ekuitas
e. Persediaan
f.
Piutang
usaha dan piutang lainnya
g. Kas dan setara kas
h. Hutang usaha dan hutang lainnya
i.
Kewajiban
yang diestimasi
j.
Kewajiban
berbunga jangka panjang
k. Hak minoritas
l.
Modal
saham dan pos ekuitas lainnya
Pos,
judul dan sub-jumlah lainnya disajikan dalam laporan laba rugi apabila
diwajibkan oleh pernyataan Standar Akuntansi keuangan atau apabila penyajian
tersebut diperlukan untuk menyajikan kinerja keuangan secara wajar.
2. Laporan laba rugi
Laporan
laba rugi perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur
kinerja keuangan yang diperlukan bagi penyaji secara wajar selama suatu periode
tertentu. Laporan keuangan laba rugi minimal mencakup pos-pos sebagai berkut :
a.
Pendapatan
b.
Rugi
laba perusahaan
c.
Beban
pinjaman
d. Bagian dari laba atau rugi perusahaan
afiliasi dan asosiasi yang diperlukan menggunakan metode ekuitas
e.
Beban
pajak
f.
Laba
atau rugi dari aktivitas normal perusahaan
g.
Pos
luar biasa
h.
Hak
minoritas
i.
Rugi
atau laba bersih untuk periode berjalan
Pos, judul dan sub-jumlah lainnya disajikan dalam laporan
laba rugi apabila diwajibkan oleh pernyataan Standar Akuntansi Keuangan atau
apabila penyajian tersebut diperlukan untuk menyajikan kinerja keuangan secara
wajar.
3. Laporan ekuitas
Perusahaan
harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai komponen utama laporan
keuangan, yang menunjukan :
1. Rugi atau laba bersih periode yang
bersangkutan
2. Setiap pos pendapatan dan beban,
keuntungan atau kerugian beserta jumlahnya yang didasarkan PSAK terkait diakui
secara langsung dalam ekuitas.
3. Pengaruh komulatif dari perubahan
kebijakan akuntansi dan perbaikan terhadap kesalahan mendasar sebagaimana
diatur dalam PSAK terkait.
4. Transaksi modal dengan pemilik dan
distribusi kepada pemilik.
5. Saldo akumulasi rugi dan laba pada
awal dan akhir periode serta perubahannya.
6. Rekonsiliasi antara nilai tercatat
dari masing-masing jenis model saham, agio dan cadangan pada awal dan akhir
periode yang mengungkapkan secara terpisah setiap perubahannya.
4.
Laporan arus kas
Perusahaan
harus menyusun laporan arus kas sesuai dengan persyaratan dalam pernyataan ini
dan harus menyajikan laporan tersebut sebagai bagian yang tak terpisah (integral) dari laporan keuangan untuk
setiap periode penyajian laporan keuangan. Laporan keuangan terdiri dari tiga
bagian :
Arus
kas dari aktivitas operasi
Arus
kas dari aktivitas investasi
Arus
kas dari aktivitas keuangan
5. Catatan atas laporan keuangan
Catatan
atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam
neraca laporan laba rugi dan laporan arus kas harus berkaitan dengan informasi
yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan
keuangan mengungkapkan :
a. Informasi tentang dasar penyusunan
laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap
peristiwa dan transaksi yang penting.
b. Informasi yang diwajibkan dalam PSAK
tetapi tidak disajikan dineraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan
laporan perubahan ekuitas.
c. Informasi tambahan yang tidak
disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian
secara wajar.
Arti Penting Laporan
Keuangan
Laporan keuangan
memberikan ikhtisar mengenai kondisis keuangan suatu perusahaan yang terdiri
dari neraca, laporan rugi laba dan laporan keuangan lainnya. Neraca
mencerminkan nilai aktiva, hutang dan modal pada waktu tertentu. Analisis
pos-pos neraca dapat mengetahui gambaran tentang posisi keuangan, sedangkan
analisis terhadap laporan keuangan akan memberikan gambaran tentang hasil atau
perkembangan perusahaan.
Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses
akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan data
keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan
dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Pihak-pihak tersebut pada
dasarnya dikelompokkan menjadi piha intern dan pihak ekstern perusahaan.
Pihak-pihak yang tergolong pada pihak intern perusahaan yaitu :
1. Pemilik perusahaan
Laporan
keuangan diperlukan oleh pemilik perusahaan untuk menilai hasil-hasil yang
telah dicapai perusahaan dan untuk menilai kemungkinan hasil-hasil yang akan
dicapai dimasa yang akan datang sehingga dapat menaksir bagian keuntungan yang
akan diterima dan perkembangan harga saham yang dimilikinya.
2.
Manajer
perusahaan
Bagi
manajemen, laporan keuangan merupakan alat untuk mempertanggungjawabkan kepada
para pemilik perusahaan atas kepercayaan yang telah diberikan kepadanya, tetapi
hanya sampai pada penyajian secara wajar posisi keuangan sesuai dengan
prinsip-prinsip akuntansi yang dilaksanakan secara konsisten.
Disamping
itu laporan keuangan digunakan manajemen untuk :
a. Mengukur tingkat biaya dari berbagai
kegiatan usaha.
b. Untuk mengukur efisiensi tiap-tiap
bagian, proses atau produksi serta untuk menentukan tingkat keuntungan yang
dapat dicapai oleh perusahaan.
c. Untuk menilai hasil kerja tiap-tiap
individu yang telah diserahkan wewenang dan tanggung jawab.
d. Untuk menentukan perlu tidaknya
digunakan kebijaksanaan atau prosedur yang baru untuk mencapai hasil yanglebih
baik.
3.
Karyawan
Bagi
karyawan, laporan keuangan dapat memberikan informasi yang memungkinkan mereka
untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa maupun
kesempatan kerja.
Sedangkan
yang termasuk pada pihak ekstern perusahaan yaitu :
1.
Investor
Bagi
investor, laporan keuangan sangat penting dalam menentukan kebijaksanaan
penanaman modal dalam suatu perusahaan, apakah perusahaan tersebut mempunyai
prospek yang cukup baik dan untuk mengetahui kondisi kerja maupun kondisi
keuangan jangka pendek. Para kreditur perusahaan yang dalam menganalisis
laporan keuangan hanya terbatas pada data laporan keuangan yang dipublikasikan
oleh perusahaan.
2.
Pemerintah
Pemerintah
dalam hal ini Direktur Jenderal pajak memerlukan laporan keuangan suatu
perusahaan untuk dasar pembuktian dalam menentukan besarnya pajak yang harus
ditanggung oleh perusahaan tersebut.
Tujuan Laporan
Keuangan
Adapun tujuan dari laporan keuangan menurut beberapa
sumber antara lain :
1.
Menurut
Hararap (2004:133), menjelaskan bahwa APB Statement No. 4 (AICPA),
menggambarkan tujuan laporan keuangan dengan membaginya menjadi 2 (dua) tujuan
:
a. Tujuan Umum
“Menyajikan laporan posisi keuangan, hasil
usaha dan perubahan posisi keuangan secara wajar sesuai prinsip akuntansi yand
diterima”.
b. Tujuan Khusus
“Memberikan informasi tentang kekayaan,
kewajiban, kekayaan bersih, proyeksi laba, perubahan kekayaan, serta informasi
lainnya yang relevan”.
2.
Tujuan
laporan keuangan menurut “Standar Akuntansi keuangan” (2002:12) adalah :
“Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar
pemakai dalam pengambilan keputusan”.
Sedangkan tujuan khusus (tujuan kualitatif) laporan
keuangan berdasarkan “Standar Akuntansi Keuangan” (hal 7:paragraf 24), bahwa
ada 4 (empat) karateristik kualitatif yang merupakan ciri khas yang membuat
informasi keuangan berguna bagi pemakainya, diantaranya :
1.
Dapat
dipahami.
Kualitas dari informasi yang ditampung
dalam laporan keuangan adalah kemudahan untuk segera dipahami oleh pemakai.
2.
Relevan.
Laporan
keuangan harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam pengambilan
keputusan.
3. Keandalan.
Laporan keuangan harus juga andal, laporan
keuangan memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan,
kesalahan material dan dapat diandalkan pemakainya.
3. Dapat dibandingkan.
Pemakai harus dapat membandingkan laporan
keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasikan kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan.
Pemakai juga harus dapat membandingkan laporan keuangan untuk mengevaluasi
posisi keuangan lainnya serta perubahan posisi keuangan secara relatif.
Sifat dan Keterbatasan Laporan
Keuangan
Sifat dan keterbatasan laporan keuangan menurut Ikatan
Akuntansi Indonesia dalam Harahap (2004:24) adalah :
1.
Laporan
keuangan bersifat historis yaitu merupakan laporan kejadian yang telah lewat.
2.
Laporan
keuangan bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan tertentu.
3.
Proses
penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan
pertimbangan.
4.
Akuntansi
hanya melaporkan informasi yang material, demikian juga penerapan prinsip
akuntansi terdapat pos tertentu mungkin tidak dilaksanakan jika tidak
menimbulkan pengaruh material terhadap kelayakan laporan keuangan.
5.
Laporan
keuangan barsifat konservatif dalam menghadapi ketidak pastian, bila terdapat
beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai penilaian suatu pos,
lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba atau nilai aktiva yang
kecil.
6.
Laporan
keuangan lebih menekankan makna ekonomi suatu peristiwa atau transaksi dari
pada bentuk hukumnya.
7.
Laporan
keuangan diasumsikan dengan menggunakan istilah-istilah teknis dan pemakaian
laporan keuangan yang diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat
dari informasi yang dilaporkan.
8.
Adanya
berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat menimbulkan variasi dalam
pengukuran sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antar perusahaan.
9.
Informasi
yang bersifat kumulatif dan fakta yang tidak dapat dikuatifikasikan umumnya
diabaikan.
10.
Bisa
juga memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan dimasa yang akan
datang.
Laporan
Laba Rugi
S. Munawir dalam bukunya
yang berjudul “Analisis laporan keuangan” edisi ke-empat (2007 : 26).
Mengemukakan bahwa laporan rugi laba merupakan suatu laporan yang sistematis
tentang penghasilan, biaya, rugi laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan
selama periode tertentu. Walaupun belum ada keseragaman tentang susunan laporan
rugi laba bagi tiap-tiap perusahaan, namun yang prinsip-prinsip umumnya
diterapkan adalah sebagai berikur :
1. Bagian pertama menunjukan
penghasilan yang diperoleh dari usaha pokok perusahaan (penjualan barang
dagangan / memberikan service) diikuti dengan harga pokok dari barang atau
service yang dijual, sehingga diperoleh laba kotor.
2. Bagian kedua menunjukan biaya-biaya
operasi yang terdiri dari biaya penjualan dan biaya umum atau administrasi (operating expense).
3. Bagian ketiga menunjukan harga hasil
yang diperoleh diluar operasi pokok perusahaan yang diikuti dengan biaya diluar
usaha pokok perusahaan.
4. Bagian keempat menunjukan laba rugi
yang insidentil (extra ordinary gain or
loss) sehingga akhirnya diperoleh laba bersih sebelum pajak pendapatan.
Bentuk-Bentuk
Laporan Laba Rugi
Bentuk-bentuk laporan
laba rugi :
1. Bentuk single step, yaitu dengan
menggabungkan semua penghasilan menjadi satu kelompok dan semua biaya dalam
satu kelompok, sehingga untuk menghitung laba rugi bersih hanya memerlukan satu
langkah yaitu mengurangkan total biaya terhadap total penghasilan.
Contoh :
PT.
X
Laporan
Laba Rugi
31
Desember 200x
Penghaasilan
Pokok (Operating Revenue) xxx
Penghasilan
Non Operasional xxx
Penghasilan
Insidentil xxx
+
Total Penghasilan xxx
Harga
Pokok Yang Jual xxx
Biaya
Operasional xxx
Biaya
Non Operasional xxx
Kerugian
Yang Insidentil xxx
+
Total Biaya xxx
+
PENDAPATAN BERSIH XXX
2. Bentuk multiple step, yaitu dalam
bentuk ini dilakukan pengelompokkan yang lebih teliti sesuai dengan yang
digunakan secara umum.
Contoh :
PT
. X
Laporan
Laba Rugi
31
Desember 200x
Penjualan Bruto xxx
Potongan / Return Penjualan xxx
-
Penjualan Netto xxx
Harga Pokok Penjualan xxx
-
Laba Penjualan xxx
Biaya – Biaya Operasi
Biaya – Biaya Penjualan xxx
Biaya – Biaya Umum dan Administrasi xxx -
Laba Bersih Operasional xxx
Penghasilan Dana Non Operasional
Penghasilan xxx
Biaya xxx
xxx
Rugi Laba Insidentil xxx
-
Pendapatan Netto Sebelum Pajak xxx
Analisis
Perkembangan Laba Kotor
Analisis perkembangan
laba kotor adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab perkembangan laba
kotor suatu perusahaan yang membandingkan dua laporan laba rugi suatu
perusahaan dari periode yang berbeda. Perkembangan laba kotor perlu dianalisis
untuk mengetahui sebab-sebab perubahan tersebut, baik perubahan yang
menguntungkan maupun yang tidak menguntungkan, sehingga akan dapat diambil
tindakan seperlunya untuk periode yang datang. Penyebab perkembangan laba kotor
pada dasarnya disebabkan faktor penjualan dan faktor harga pokok penjualan.
Faktor harga pokok
penjualan juga dipengaruhi oleh kuantitas produk yang dijual dan harga pokok
penjualan yang dijual atau dihasilkan tersebut, oleh karena itu perkembangan
laba kotor yang disebabkan oleh perubahan harga pokok penjualan dapat
disebabkan oleh perubahan harga pokok rata-rata per satuan dan perubahan
kuntitas atau volume produk yang dijual dengan membandingkan dua laporan
perhitungan laba rugi suatu perusahaan dari periode yang berbeda atau dengan
membandingkan antara perkembangan laba kotor yang telah dianggarkan dengan
realisasi laba kotor dengan tahun yang bersangkutan akan dapat diketahui
perkembangan laba kotornya.
Laba kotor perlu
dilakukan analisa perkembangan untuk mengetahui perkembangan yang dialami
perusahaan pada periode tertentu. Analisa perkembangan, diperlukan dalam rangka
menciptakan penjualan yang optimal, dan penjualan diperlukan untuk menghasilkan
laba.
Laba kotor merupakan
hasil dari penjualan bersih dikurangi dengan harga pokok penjualan, hal ini
sejalan dengan kutipan dari Soemarso (200.234) “Laba kotor (gross profit) adalah penjualan bersih dikurangi harga pokok
penjualan”.
Dari uraian diatas maka
perlu dilakukan analisis perkembangan laba kotor sehingga perusahaan mengetahui
apakah PT Astra Graphia Tbk Cabang Bandung mendapat keuntungan (laba atau rugi)
dalam proses menghasilkan laba.
Kerangka
Pemikiran
Karena pentingnya
laporan keuangan, perusahaan harus mampu melakukan berbagai metode analisis
laporan keuangan agar proses dan hasil menjadi optimal. Dengan adanya analisa
laporan keuangan sehingga tenaga dan waktu yang dipergunakan dapat efisien.
Kegiatan perusahaan yang
beragam tidak pernah lepas dari masalah, berbagai masalah baru bermunculan
sementara masalah yang sudah ada masih belum terselesaikan. Hal ini merupakan
tantangan bagi perusahaan beserta perangakat-perangkat yang ada di dalamnya.
Permasalahan yang ada
akan menimbulkan pemikiran-pemikiran baru yang mengacu pada solusi bahkan tidak
menutup kemungkinan ditemukan teori baru yang bisa bermanfaat bagi pelaku
ekonomi khususnya bagi intern perusahaan.
Pencapaian tingkat laba
yang tinggi adalah tujuan dari suatu perusahaan untuk kelangsungan kegiatan
usahanya, laba yang diperoleh merupakan selisih dari pendapatan dengan semua
biaya. Atas dasar itu maka adalah seperti di ungkapkan dibawah ini :
“Laba dipengaruhi oleh
tiga faktor yaitu volume produk yang dijual, harga jual produk dan biaya. Biaya
menentukan harga jual untuk mencapai tingkat laba yang dikehendaki, harga jual
mempengaruhi volume penjualan sedangakan penjualan berpengaruh langsung
terhadap volume produksi dan volume produksi mempengaruhi biaya, tiga faktor
tersebut saling berkaitan. Oleh sebab itu, dalam perencanaan laba jangka
pendek, hubungan antara biaya, volume dan laba memegang peranan penting
sehingga dalam pemilihan alternatif tindakan dan perumusan kebijakan untuk masa
yang akan dating, manajemen memerlukan informasi untuk menilai berbagai
kemungkinan yang berakibat terhadap laba yang akan diperoleh” (Mulyadi
2001:225)
1.
Perubahan
harga jual (sales price variance),
yaitu adanya perubahan harga jual tahun sebelumnya, perkembangan laba kotor
yang disebabkan karena perubahan harga jual dapat ditentukan dengan rumus :
(HJ2 – HJ1) x K2
|
2.
Perubahan
kuantitas produk yang dijual (sales
volume variance), yaitu adanya perbedaan antara kuantitas produk yang direncanakan
tahun sebelumnya dengan kuantitas produk yang sesungguhnya di jual.
Perkembangan laba kotor yang disebabkan oleh perubahan kuantitas produk yang
dijual dapat ditentukan dengan rumus :
(K2 – K1) x HJ1
|
3.
Perubahan
harga pokok penjualan per satuan produk (cost
price variance), yaitu adanya perbedaan antara harga pokok penjualan per
satuan produk menurut anggaran tahun sebelumnya dengan harga pokok
sesungguhnya.
Untuk menentukan besarnya perkembangan
laba kotor yang disebabkan adanya perubahan harga pokok penjualan per satuan
produk dapat ditentukan dengan rumus :
(HPP2 – HPP1) x K2
|
1.
Perubahan
kuantitas harga pokok penjualan (cost
volume variance), yaitu adanya perkembangan laba kotor karena adanya
perubahan kuntitas atau volume yang dijual. Rumus yang digunakan untuk
menentukan perkembangan laba kotor karena perubahan kuantitas harga pokok
penjualan, adalah :
(K2 – K1) x HPP1
|
Terdapat dua jenis laba
dalam laporan keuangan yaitu laba kotor dan laba bersih. Laba kotor merupakan selisih penjualan dengan harga
pokok penjualan.
S. Munawir dalam bukunya
yang berjudul “Analisa Laporan Keuangan” (2007:217) mengemukakan bahwa
“kenaikan laba kotor karena adanya kenaikan volume yang dijual berarti bagian
penjualan bekerja lebih aktif (dianggap bahwa biaya pemasaran tetap maka
perubahan laba kotor yang disebabkan kenaikan volume yang dijual menunjukkan
bahwa bagian produksi telah bekerja semakin efisien dalam operasinya)”.
“Kenaikan laba kotor
yang disebabkan oleh faktor ekstern, misalnya adanya kenaikan harga bahan,
tingkat upah atau kenaikan harga-harga secara umum”. S. Munawir, (2007:217).
Analisa laporan keuangan
meliputi kegiatan analisis laporan Neraca, laporan Laba Rugi dan data-data
lainnya. Untuk dapat melakukan analisa laporan keuangan perusahaan, diperlukan
pengetahuan yang memadai tentang data keuangan perusahaan-perusahaan sejenis
atau data tentang industri yang berhubungan dengan perusahaan juga sangat
bermanfaat untuk digunakan sebagai bahan analisis, khususnya apabila kita ingin
melakukan perbandingan.
Besar kecilnya laba
kotor ditentukan oleh biaya produksi dan pendapatan, semakin kecil biaya
produksi maka semakin besar laba kotor yang diperoleh perusahaan. Semakin kecil
biaya produksi maka semakin kecil pula harga pokok produksi dan jika harga pokok
produksi kecil maka harga pokok penjualan juga kecil. Selisih antara penjualan
dengan harga pokok penjualan akan besar, selisih inilah yang akan menjadi laba
kotor perusahaan, begitu pula sebaliknya.
Analisis perkembangan
laba kotor adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab perkembangan laba
kotor suatu perusahaan yang membandingkan dua laporan laba rugi suatu
perusahaan dari periode yang berbeda. Perkembangan laba kotor perlu dianalisis
untuk mengetahui sebab-sebab perubahan tersebut, baik perubahan yang
menguntungkan maupun yang tidak menguntungkan, sehingga akan dapat diambil
tindakan seperlunya untuk periode yang datang. Penyebab perkembangan laba kotor
pada dasarnya disebabkan faktor penjualan dan faktor harga pokok penjualan.
Faktor harga pokok
penjualan juga dipengaruhi oleh kuantitas produk yang dijual dan harga pokok
penjualan yang dijual atau dihasilkan tersebut, oleh karena itu perkembangan
laba kotor yang disebabkan oleh perubahan harga pokok penjualan dapat
disebabkan oleh perubahan harga pokok rata-rata per satuan dan perubahan
kuntitas atau volume produk yang dijual dengan membandingkan dua laporan
perhitungan laba rugi suatu perusahaan dari periode yang berbeda atau dengan
membandingkan antara perkembangan laba kotor yang telah dianggarkan dengan
realisasi laba kotor dengan tahun yang bersangkutan akan dapat diketahui
perkembangan laba kotornya.
Laporan Laba Rugi Komprehensif
Laporan Laba rugi : Laporan Laba Rugi Komprehensif.
Penyajian laporan laba rugi dengan memasukkan unsur laba
komprehensif
Laba dialokasikan untuk pemegang saham minoritas dan mayoritas
Ketentuan minimum item dalam laporan laba rugi.
Klasifikasi beban berdasarkan
fungsi dan sifat, jika disajikan berdasarkan fungsi ada pengungkapan
berdasarkan sifat
Penyajian “pos luar biasa / extraordinary item” tidak
diperkenankan lagi
Minimum line item :
Pendapatan
Biaya keuangan
Beban pajak
Pendapatan komprehensif
dll
Laporan laba komprehensif
Laba komprehensif: Perubahan aset atau laibilitas yang tidak
mempengaruhi laba pada periode rugi
Selisih revaluasi aset tetap
Perubahan nilai investasi
available for sales
Dampak translasi laporan
keuangan
Dalam dua laporan :
Laba sebelum laba komprehensif
Laporan laba komprehensif
dimulai dari laba/rugi bersih
PSAK 25 Laba atau Rugi Bersih Untuk Periode
Berjalan, Kesalahan Mendasar dan Perubahan Kebijakan Akuntansi (Net Profit Or
Loss For The Period, Fundamental Errors And Changes In
Accounting Policies)
Laba
atau Rugi Bersih untuk Periode Berjalan
o Semua unsur pendapatan dan beban
yang diakui dalam suatu periode harus tercakup dalam penetapan laba atau rugi
bersih untuk periode tersebut kecuali jika standar akuntansi keuangan yang
berlaku mewajibkan atau memperbolehkan sebaliknya.
o Laba atau rugi bersih untuk periode
berjalan terdiri atas unsur-unsur berikut, yang masing-masing harus diungkapkan
pada laporan laba rugi:
a)
laba
atau rugi dari aktivitas normal; dan
b)
pos luar biasa.
Pos Luar Biasa
Pos luar biasa adalah penghasilan atau beban yang
timbul dari kejadian atau transaksi yag secara jelas berbeda dari
aktivitas normal perusahaan dan
karenanya tidak diharapkan untuk sering kali terjadi atau terjadi secara
teratur
§ Kriteria pos
luar biasa :
· Bersifat tidak
normal. Kejadian atau transaksi yang
bersangkutan memiliki tingkat
abnormalitas yang tinggi
dan tidak mempunyai hubungan dengan
kegiatan
normal perusahaan
· Tidak sering terjadi. Kejadian atau
transaksi tidak
sering terjadi
dalam kegiatan normal perusahaan.
§
Pos luar biasa
dalam laporan keuangan disajikan
setelah laba yang berasal dari kegiatan
normal perusahaan.
Laba atau Rugi dari Aktivitas Normal
Aktivitas normal adalah setiap aktivitas yang
dilakukan oleh sebuah perusahaan sebagai bagian dari usahanya dan
aktivitas-aktivitas yang terkait dengan kegiatan usaha utama perusahaan
tersebut.
Laba / rugi dari aktivitas normal
§
Bila dalam laba rugi dari aktivitas normal terdapat unsur
penghasilan dan/ beban yang
pengungkapannya dianggap
relevan untuk menjelaskan kinerja suatu
perusahaan selama
periode tertentu, maka hakekat dan
jumlah unsur tersebut harus
diungkapkan secara terpisah.
§
Walaupun unsur
penghasilan dan beban dari aktivitas normal
bukan pos luar biasa, tetapi jika
dianggap relevan maka
pengungkapannya perlu dibuat.
§ Pengungkapan dibuat dalam catatan atas laporan keuangan.
v Kondisi-kondisi
yang menimbulkan unsur-unsur penghasilan dan beban tertentu:
§
penurunan nilai (write-down) persediaan sampai jumlah yang
diperkirakan dapat direalisasi (net realizable value), maupun pemulihan kembali
penurunan nilai tersebut;
§
restrukturisasi (restructuring) aktivitas-aktivitas suatu
perusahaan dan pembalikan (reversal) setiap penyisihan untuk biaya
restrukturisasi;
§
pelepasan (disposal) aktiva tetap;
§
pelepasan investasi jangka panjang;
§
operasi yang
tidak dilanjutkan;
§
penyelesaian gugatan hukum.
Operasi Yang Tidak Dilanjutkan
Suatu operasi yang tidak dijelaskan terjadi sebagai
akibat dari penjualan atau penghentian suatu lini usaha yang terpisah di mana
aktiva, laba rugi bersih dan aktivitas dapat dipisahkan
baik secara fisik, operasional maupun untuk tujuan
pelaporan keuangan.
v Pelepasan suatu investasi jangka
panjang atau aktiva utama lainnya adalah penting sehingga memerlukan
pengungkapan atas unsur suatu penghasilan dan beban yang berkaitan.
v Adakalanya
suatu perusahaan tidak melanjutkan suatu lini usaha utama yang terpisah yang
dapat dibedakan dari aktivitas usaha lain sebagai contoh suatu segmen usaha
yang diatur sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 5 tentang
Pelaporan Informasi Keuangan Menurut Segmen.
v Jika pelepasan
tersebut merupakan operasi yang tidak dilanjutkan seperti yang didefinisikan
dalam Pernyataan pengungkapan- pengungkapan yang dimuat dalam paragraf 15
adalah relevan pemakai laporan keuangan.
o Pengungkapan berikut ini harus
dibuat untuk setiap operasi yang tidak dilanjutkan:
a)
hakekat
dari operasi yang tidak dilanjutkan tersebut;
b)
segmen
industri dan geografis dari operasi yang tidak dilanjutkan tersebut dilaporkan
sesuai dengan PSAK No.5;
c)
tanggal efektif penghentian operasi tersebut untuk tujuan akuntansi:
d)
cara
penghentian (penjualan atau penutupan)
e)
untung
atau rugi atas penghentian dan kebijakan akuntansi yang digunakan untuk
menghitung untung atau rugi tersebut; dan
f)
pendapatan dan laba atau rugi dari aktivitas
normal operasi tersebut selama periode laporan, bersamaan dengan jumlah periode
sebelumnya yang disajikan dalam laporan keuangan.
Perubahan Estimasi Akuntansi
o Pengaruh perubahan estimasi
akuntansi harus dimasukkan dalam perhitungan laba atau rugi bersih dalam:
a)
periode
perubahan tersebut, jika perubahan tersebut hanya mempengaruhi periode
tersebut; atau
b)
periode
perubahan tersebut dan periode-periode yang akan datang, jika perubahan
tersebut mempengaruhi keduanya.
o Pengaruh perubahan estimasi
akuntansi harus dimasukkan dalam klasifikasi laporan laba rugi yang sama dengan
yang digunakan sebelumnya untuk estimasi tersebut.
o Hakekat dan jumlah suatu perubahan
estimasl akuntansi yang mempunyai pengaruh material dalam periode berjalan,
atau yang diharapkan akan mempunyai pengaruh material dalam periode-periode
berikutnya harus diungkapkan. Jika untuk menghitung jumlahnya dianggap tidak
praktis, kenyataan ini harus diungkapkan.
Kesalahan Mendasar
Kesalahan mendasar adalah kesalahan yang cukup
signifikan yang ditemukan pada periode berjalan sehingga laporan keuangan dari
satu atau lebih periode sebelumnya tidak dapat diandalkan lagi pada tanggal
penerbitannya.
o Dalam mengkoreksi suatu kesalahan
yang mendasar, jumlah koreksi yang berhubungan dengan periode sebelumnya harus
dilaporkan dengan menyesuaikan saldo laba awal periode. Informasi komparatif
harus dinyatakan kembali, kecuali jika untuk melaksanakannya dianggap tidak
praktis.
o Perusahaan pelapor harus
mengungkapkan hal-hal berikut:
a) hakekat kesalahan mendasar;
b) jumlah koreksi untuk periode
berjalan dan periode-periode sebelumnya;
c) jumlah koreksi yang berhubungan
dengan periode-periode sebelum periode yang tercakup dalam informasi
komparatif; dan
d) kenyataan bahwa informasi komparatif
telah dinyatakan kembali atau kenyataan bahwa informasi komparatif tidak
praktis untuk dinyatakan kembali.
Perubahan Kebijakan Akuntansi
o Suatu perubahan kebijakan akuntansi
harus dilakukan hanya jika penerapan suatu kebijakan akuntansi yang berbeda
diwajibkan oleh peraturan perundangan atau standar akuntansi keuangan yang
berlaku, atau jika diperkirakan bahwa perubahan tersebut akan menghasilkan
penyajian kejadian atau transaksi yang lebih sesuai dalam laporan keuangan
suatu perusahaan.
o Suatu perubahan kebijakan akuntansi
yang dilakukan sehubungan dengan penerapan suatu SAK yang diberlakukan harus
dipertanggung jawabkan sesuai dengan ketentuan masa transisi yang ditentukan
dalam PSAK tersebut. Jika tidak ada ketentuan masa transisi dan untuk semua
perubahan kebijakan akuntansi yang lain perubahan kebijakan akuntansi tersebut
harus diterapkan sesuai dengan perlakuan akuntansi dalam paragraf 63, 64 dan 65
dari Pernyataan ini.
o
Suatu
perubahan kebijakan akuntansi harus diterapkan secara retrospektif dengan
melaporkan jumlah setiap penyesuaian yang terjadi yang berhubungan dengan
periode sebelumnya sebagai suatu penyesuaian pada saldo laba awal periode
(retained earnings), kecuali jika jumlah tersebut tidak dapat ditentukan secara
wajar. Informasi komparatif harus dinyatakan kembali, kecuali jika untuk
melaksanakannya dianggap tidak praktis.
o
Perubahan
kebijakan akuntansi harus diterapkan secara prospektif jika jumlah penyesuaian
terhadap saldo laba awal periode (retained earnings) yang diwajibkan dalam
paragraf 63 tidak dapat ditentukan secara wajar.
o
Jika
suatu perubahan kebijakan akuntansi mempunyai pengaruh material terhadap
periode sekarang atau sebelumnya, atau mungkin juga mempunyai pengaruh material
terhadap periode berikutnya perusahaan harus mengungkapkan hal-hal berikut:
a)
alasan dilakukannya perubahan;
b)
jumlah penyesuaian periode berjalan dan periode sebelumnya;
c)
jumlah penyesuaian yang berhubungan dengan masa sebelum periode yang tercakup
dalam informasi komparatif; dan
d)
kenyataan bahwa informasi komparatif telah dinyatakan kembali atau kenyataan
bahwa untuk menyatakan kembali informasi komparatif dianggap tidak praktis.
Laba per lembar saham
- Ø Laba per saham (LPS) adalah data yang banyak digunakan sebagai alat analisis keuangan.
- Ø LPS dengan ringkas menyaji kan kinerja perusahaan dikaitkan dengan saharn beredar.
- Ø LPS yang dikaitkan dengan harga pasarsaham (price-earning ratio) bisa memberikan gambaran tentang kinerja perusahaan dibanding dengan uang yang ditanam pemilik perusahaan.
- Ø Terdapat berbagai cara untuk menentukan dua variabel
- Ø penentu LPS yang sama-sama sulit untuk dihitung, yaitu:
ü
jumlah laba dalam satu periode; dan
ü
jumlah saham biasa yang beredar selama periode bersangkutan.
tanks ya
BalasHapusthank you very much for you....:-)
BalasHapusHalo selamat Siang,
BalasHapusPerkenalkan nama saya Lauren, manajer afiliasi untuk InstaForex Group.
Disini saya ingin menawarkan Anda untuk bergabung dalam program afiliasi yang memberikan Anda keuntungan komisi mulai dari 1.5 - 5.3 pip untuk Forex dan mencapai 20 - 26 pip untuk Gold.
Selain keuntungan tersebut kami juga dapat menawarkan fasilitas lainnya untuk memfasilitasi deposit dan penarikan dana untuk klien-klien Anda.
Saya menunggu kabar baik dari Anda segera.
Silakan menghubungi saya melalui detil yang terdapat di bawah.
Kami akan senang untuk membangun kerja sama yang saling menguntungkan dengan Anda.
Terima kasih.
Hormat saya
Laurent
ID Skype: Lauren InstaFX
Facebook: Lorenifx IFX
Phone/WA: +628119105674
www.instaforex.com